KERJA SAMA INDAH DENGAN GEREJA NIAS
|
Tanggal 28 Maret 2005, pukul 23.08 WIB, Pulau Simeulue
(NAD) dan Nias (Sumatera Utara) diguncang gempa berkekuatan 8,7 skala
Richter. Pusat gempa yang terletak di pantai barat Pulau Nias ini menimbulkan
guncangan yang dirasakan di sejumlah kota di seluruh Pulau Sumatera. Ribuan
penduduk Pulau Nias dan pulau-pulau sekitarnya menjadi korban. Begitu
juga sebagian besar rumah dan bangunan pun ambruk.
Banyak warga yang kelaparan karena umumnya mereka adalah penyadap getah
karet dan pengupas kopra. Pengusaha yang biasa membeli hasil produksi
mereka banyak yang meninggal dunia sehingga mereka tak bisa menjual hasil
produksinya. Akibatnya, mereka tidak punya uang. Pedagang yang biasa menjual
beras juga banyak yang menjadi korban.
Setelah mendapat berita gempa yang mengejutkan ini, tanggal 29 Maret 2005
malam, 10 truk Tzu Chi yang mengangkut bantuan berupa 21 ton beras, 1002
dus air mineral, 818 dus biskuit, 380 kantong mayat, 1400 selimut, 200
tenda, dan 100 masker tiba di Nias. Bantuan ini diberangkatkan dari Kota
Sibolga, Sumatera Utara dengan menumpang kapal feri.
Karena belum ada data tentang jumlah korban, Tzu Chi menggunakan perantaraan
gereja dan beberapa vihara untuk menyalurkan bantuan. Sebagian besar bantuan
diberikan melalui gereja, terutama gereja pusat di Gunung Sitoli. Gereja
ini menyalurkan bantuan tersebut ke gereja-gereja yang dinaunginya, dan
akhirnya disalurkan ke pengungsi. Sebagian besar penduduk Nias beragama
Kristiani, hingga penyerahan bantuan dengan perantaraan gereja lebih efektif.
|
Tzu Chi juga menyalurkan bantuan ke Pulau Hinako, sebuah
pulau kecil di dekat Nias. Mereka harus melewati Kota Sirombu yang telah
menjadi kota mati sejak tsunami akhir 2004 lalu. Jalan menuju ke Sirombu
rusak parah. Dari 8 jembatan yang harus dilalui, 3 diantaranya dalam kondisi
yang sangat rentan. Berkali-kali relawan Tzu Chi harus memperkuat jembatan-jembatan
tersebut dengan balok kayu agar dapat dilalui oleh truk pengangkut bantuan.
Jalan aspal juga terputus dan tak bisa dilalui. Saat dicoba untuk memutar
lewat pantai, ternyata juga tidak berhasil. Air laut di pantai Sirombu
surut hingga 200-300 m dari garis pantai sehingga kapal tak bisa merapat
di dermaga. Akhirnya barang-barang bantuan diturunkan di batas jalan aspal
yang terputus dan dipanggul ke sebuah rumah, baru dibawa ke Pulau Hinako.
Sebuah perjalanan penyaluran bantuan yang penuh perjuangan.
Penyaluran bantuan ke Kesusteran OSF St. Angela meninggalkan kesan tersendiri.
Saat itu sudah ada bantuan masuk dari beberapa Non-Government Organization
(NGO) yang lain, namun tidak satu pun yang berupa beras. Padahal, bantuan
itulah yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. “Tuhan memberikan
jalan. Di sini kami membutuhkan beras, kebetulan Tzu Chi datang dengan
membawa bantuan beras,” ungkap Suster Kepala Evitha yang hampir
tak kuasa menahan air matanya. Tzu Chi memberi bantuan 900 kg beras dan
2 karton selimut.
Hingga Mei 2005, Tzu Chi telah menyalurkan 200 ton lebih beras untuk para
korban di Nias, di samping mi instan, air minum, minyak goreng, obat-obatan,
selimut, dan sebagainya. Untuk memberi tempat tinggal sementara pada korban
yang kehilangan rumah mereka, Tzu Chi mendirikan juga sekitar 700 unit
rumah tenda.
• Pio Suhartono/Januar (Tzu Chi Medan)
|